Berbeda dengan saham yang memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya, obligasi sebenarnya merupakan pinjaman yang Anda berikan kepada suatu perusahaan. Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah dengan nilai nominal (nilai pari / par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Karena Anda memberikan pinjaman uang kepada perusahaan atau pemerintah, maka peminjam (perusahaan atau pemerintah) akan mengembalikan pinjaman tersebut ditambah dengan bunganya selama jangka waktu tertentu.
Obligasi kupon (coupon bond) dengan tingkat buga tetap (fixed)
selama masa berlaku merupakan salah satu jenis obligasi yang
diperdagangkan di pasar modal Indonesia saat ini.
Obligasi merupakan jenis investasi jangka panjang. Modal yang harus
dikeluarkan untuk investasi obligasi relatif cukup besar untuk investor
individu. Nilai obligasi yang diperjual-belikan biasanya dalam satuan
yang cukup besar, misalnya Rp. 5 Miliar. Masa berlaku obligasi
tergantung kepada lembaga atau badan yang menerbitkannya, umumnya antara
5 sampai 10 tahun. Semakin pendek durasi obligasi berarti semakin kecil
pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga. Semakin panjang durasinya maka
semakin sensitif terhadap perubahan suku bunga. Anda dapat menjual obligasi
yang Anda miliki pada pihak lain di pasar sekunder sesuai dengan nilai
atau harga pasar sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
Perubahan harga obligasi di pasar sangat dipengaruhi oleh
perubahan suku bunga dan persepsi terhadap resiko. Harga obligasi di
pasar modal dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai parinya.
Berinvestasi pada obligasi tidak hanya memberikan keuntungan dari
pembayaran bunga tetap (kupon), tapi Anda juga memiliki peluang untuk
medapatkan keuntungan dari capital gain (selisih harga beli dan jual).
Suatu obligasi dapat diperjualbelikan setiap saat (sebelum jatuh tempo)
dengan harga yang lebih atau kuran dari nilai parinya, tergantung
kondisi pasar. Siapa yang memiliki obligasi pada saat jatuh tempo akan
mendapatkan pembayaran kembali sejumlah nilai pari tersebut. Harga-harga
obligasi dapat berfluktuatif oleh karena beberapa hal, seperti :
tingkat bunga yang dibayar obligasi, tingkat kepastian pembayaran
kembali atau kondisi ekonomi secara keseluruhan terutama tingkat inflasi
yang mempengaruhi tingkat suku bunga bank.
Umumnya nilai kupon obligasi akan lebih tinggi dibandingkan dengan
bunga deposito, tetapi lebih rendah dari suku bunga pinjaman (kredit)
bank. Harga obligasi akan berfluktuasi, besarnya fluktuasi tergantung
kepada permintaan, penawaran dan suku bunga yang terjadi di pasar. Harga
obligasi berkorelasi negative dengan tingkat suku bunga. Faktor lain
penurunan harga dari obligasi dapat berasal dari peningkatan resiko
perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut. Resiko gagal bayar pada
sebuah obligasi tercermin dalam peringkat (rating) dari obligasi
tersebut.
Di dalam prospektus
yang disampaikan kepada para calon investor, disajikan ringkasan fakta
dan pertimbangan-pertimbangan penting. Misalnya tentang anggaran dasar
perusahaan, bidang usaha perusahaan termasuk mencantumkan jumlah nominal
obligasi dan tujuan penggunaanya. Data-data penting seperti laporan
keuangan terbaru dilampirkan secara utuh. Riwayat singkat emiten dan
para pemegang saham, struktur perusahaan, kegiatan dan prospek usaha.
Pada bagian awal prospektus akan dituliskan ringkasan penawaran umum
yang akan menjelaskan identitas obligasi tersebut.
Pada umumnya, semakin panjang waktunya maka akan semakin tinggi
tingkat bunga yang ditawarkan untuk menutupi resiko tambahan yang
dikarenakan jangka waktu investasi yang sangat panjang. Hubungan antara
tingkat suku bunga yang dibayarkan suatu obligasi (jangka pendek maupun
jangka panjang) dengan tanggal atau tahun jatuh temponya disebut kurva
hasil (Yield Curve). Yield adalah apa yang sebenarnya investor dapatkan
dari hasil menananmkan uangnya pada obligasi. Kebanyakan kolom obligasi
menyatakan yield saat ini (current) dalam presentase. Para investor
menggunaka current yield untuk membandingkan nilai relatif suatu
obligasi.
YTM (Yield To Maturity) adalah cara untuk memprediksi keuntungan
dalam suatu jangka waktu. YTM menghitung tingkat bunga obligasi yang
dihubungkan dengan harga, dengan selisih harga penjualan terhadap nilai
pari, dengan tahun-tahun tersisa hingga obligasi tersebut jatuh tempo.
Nilai YTM ditentukan oleh tiga hal yaitu jumlah pembayaran yang diterima
secara periodik, harga perolehan serta jangka waktu jatuh tempo.
Biasanya, Obligasi diterbitkan dengan cirri-ciri sebagai berikut :
- Tanggal jatuh tempo (maturity date) obligasi, yaitu tanggal yang sudah ditetapkan oleh peminjam untuk melunasi hutangnya. Walaupun ada tanggal jatuh tempo yang tercantum dalam suatu obligasi bukan berarti Anda harus memegang obligasi tersebut hingga jatuh tempo, karena Anda dapat memperjualbelikannya pada pasar obligasi.
- Tingkat bunga (coupon rate) obligasi, yaitu tingkat bunga yang akan dibayarkan kepada Anda secara periodik. Tingkat bunga yang diberikan dapat tetap (bunga yang dibayarkan kepada Anda adalah tetap setiap tahun) atau tingkat bunga mengambang (bunga yag dibayarkan akan disesuaikan secara periodik).
- Nilai nominal (face value atau par value) obligasi yaitu sejumlah uang tertentu yang dipinjamkan kepada perusahaan tersebut, jumlah ini yang akan menjadi pokok pinjaman.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, obligasi dapat dikeluarkan baik oleh perusahaan maupun pemerintah.
Obligasi pemerintah memiliki tingkat keamanan tertinggi (savereign
risk) karena pemerintah memiliki kemampuan untuk membebankan pajak dan
mencetak uang. Obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah biasa dikenal
sebagai obligasi ritel /ORI.
Tapi ketika Anda hendak memutuskan untuk memilih obligasi perusahaan,
pilihlah selalu dari obligasi yang memiliki peringkat tertinggi
terlebih dahulu. Peringkat ini mencerminkan resiko kegagalan dalam
membayar bunga atau pokok.
Peringkat AAA memiliki resiko paling rendah, lalu disusul AA, A, BBB
dan seterusnya sampai D yang menandakan bahwa obligasi tersebut sudah
gagal bayar (wanprestasi). Selain resiko kegagalan seperti di atas, ada
beberapa resiko lagi yang terdapat dalam obligasi seperti : resiko suku
bunga, resiko kesempatan investasi kembali (re-investment risk) dan
lain-lain.
Resiko suku bunga
Harga Obligasi bergerak berlawanan arah (berkorelasi negatif) dengan pergerakan suku bunga. Ketika suku bunga naik, harga obligasi turun. Misalkan Anda memiliki obligasi pemerintah senilai Rp. 5.000.000,- dengan tingkat bunga 10%. Anda membeli obligasi tersebut awal tahun 2005. Namun sejak tahun 2008 pemerintah menerbitkan obligasi baru dengan tingkat bunga 15%. Bunga yang Anda terima tetap 10% sementara orang lain mendapatkan bunga yang lebih tinggi dari hari ini yaitu 15%. Dengan demikian berapa harga yang akan pemodal tawarkan kepada Anda sebagai pemegang obligasi tersebut ? Sudah tentu harganya akan lebih rendah dari Rp. 5.000.000,- karena obligasi yang Anda miliki memberikan bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga obligasi di pasar. Semakin panjang tanggal jatuh tempo obligasi, semakin tinggi resiko suku bunga yang terdapat dalam obligasi tersebut karena fluktuasi suku bunga lebih tinggi dalam jangka panjang.
Harga Obligasi bergerak berlawanan arah (berkorelasi negatif) dengan pergerakan suku bunga. Ketika suku bunga naik, harga obligasi turun. Misalkan Anda memiliki obligasi pemerintah senilai Rp. 5.000.000,- dengan tingkat bunga 10%. Anda membeli obligasi tersebut awal tahun 2005. Namun sejak tahun 2008 pemerintah menerbitkan obligasi baru dengan tingkat bunga 15%. Bunga yang Anda terima tetap 10% sementara orang lain mendapatkan bunga yang lebih tinggi dari hari ini yaitu 15%. Dengan demikian berapa harga yang akan pemodal tawarkan kepada Anda sebagai pemegang obligasi tersebut ? Sudah tentu harganya akan lebih rendah dari Rp. 5.000.000,- karena obligasi yang Anda miliki memberikan bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga obligasi di pasar. Semakin panjang tanggal jatuh tempo obligasi, semakin tinggi resiko suku bunga yang terdapat dalam obligasi tersebut karena fluktuasi suku bunga lebih tinggi dalam jangka panjang.
Resiko inflasi
Resiko berikutnya adalah resiko inflasi. Anda harus memperhatikan kondisi ekonomi dari waktu ke waktu untuk dapat mengamati pergerakan laju inflasi. Jika Anda melihat kemungkinan akan naiknya inflasi, maka juallah obligasi yang Anda pegang secepatnya karena bila inflasi meningkat maka suku bunga juga akan meningkat. Sebab jika Anda memegang obligasi yang memberikan tingkat kupon yang lebih rendah, Anda akan kehilangan daya beli dari bunga yang Anda terima.
Resiko berikutnya adalah resiko inflasi. Anda harus memperhatikan kondisi ekonomi dari waktu ke waktu untuk dapat mengamati pergerakan laju inflasi. Jika Anda melihat kemungkinan akan naiknya inflasi, maka juallah obligasi yang Anda pegang secepatnya karena bila inflasi meningkat maka suku bunga juga akan meningkat. Sebab jika Anda memegang obligasi yang memberikan tingkat kupon yang lebih rendah, Anda akan kehilangan daya beli dari bunga yang Anda terima.
Resiko lainnya
Resiko lainnya adalah resiko kesempatan investasi kembali (reinvestment risk) Anda tidak dapat berharap kondisi investasi saat itu sama dengan ketika Anda membeli obligasi tersebut pertama kali, khususnya bila Anda membeli obligasi untuk jangka panjang, karena perubahan ekonomi dan politik dapat mempengaruhi tingkat suku bunga pada saat Anda hendak menginvestasikan kembali kupon-kupon dari obligasi tersebut. Dan ada juga beberapa jenis obligasi yang memiliki fitur call, yang berarti perusahaan penerbit obligasi tersebut berhak untuk membeli kembali (buy back) obligasi pada harga tertentu (call price) sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Untuk obligasi yang berdenominasi mata uang asing (non-rupiah), gejolak fluktuasi nilai tukar valuta asing terhadap rupiah menjadikan resiko ini harus diperhatikan dengan baik, agar investasi Anda terlindung dari kerugian akibat selisih kurs.
Resiko lainnya adalah resiko kesempatan investasi kembali (reinvestment risk) Anda tidak dapat berharap kondisi investasi saat itu sama dengan ketika Anda membeli obligasi tersebut pertama kali, khususnya bila Anda membeli obligasi untuk jangka panjang, karena perubahan ekonomi dan politik dapat mempengaruhi tingkat suku bunga pada saat Anda hendak menginvestasikan kembali kupon-kupon dari obligasi tersebut. Dan ada juga beberapa jenis obligasi yang memiliki fitur call, yang berarti perusahaan penerbit obligasi tersebut berhak untuk membeli kembali (buy back) obligasi pada harga tertentu (call price) sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Untuk obligasi yang berdenominasi mata uang asing (non-rupiah), gejolak fluktuasi nilai tukar valuta asing terhadap rupiah menjadikan resiko ini harus diperhatikan dengan baik, agar investasi Anda terlindung dari kerugian akibat selisih kurs.
Sekarang Anda sudah tahu mengenai obligasi, cara dan keuntungan
investasi obligasi, bagaimana obligasi tersebut diterbitkan dan
resiko-resiko apa saja yang terkandung dalamnya. Jika Anda memiliki
preferansi yang moderat dalam resiko, Anda lebih baik memilih
berinvestasi dalam obligasi yang memberikan penghasilan tetap secara
periodik.
0 komentar:
Posting Komentar